Minggu, 27 April 2014

Geografi Tanah


A.   PENGERTIAN DAN DIFINISI TANAH
       

Definisi dan pengertian dari Tanah adalah kumpulan tubuh alam yang menduduki sebagian besar daratan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan sebagai tempat mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya.

Tanah mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi oleh iklim, serta jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam jangka waktu tertentu.
Istilah tubuh alam bebas adalah hasil pelapukan batuan yang menduduki sebagian besar daratan permukaan bumi, dan memiliki kemampuan untuk menumbuhkan tanaman, serta menjadi tempat mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya. permukaan bumi, yang sedikit banyak selalu diwarnai oleh humus, sebagai hasil kegiatan  kombinasi bahan-bahan seperti jasad-jasad baik yang hidup maupun yang mati, bahan induk , dan relief.  

Menurut pandangan dan pengertian yang diberikan oleh para ahli tanah adalah sebagai berikut :
1.     Tanah adalah bentukan alam, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia, yang mempunyai sifat tersendiri dan mencerminkan hasil pengaruh berbagai faktor yang membentuknya di alam.
2.     Tanah adalah sarana produksi tanaman yang mampu menghasilkan berbagai tanaman.

Seorang Pedolog, melihat tanah sebagai lapisan kulit bumi yang lunak dan gembur  yang berasal dari batuan induk. Tanah mempunyai lapisan-lapisan yang berbeda warna sampai ke dalam terdapat bagian keras yang sulit ditembus disebut batuan induk.
Tanah mempunyai beberapa sifat yang menentukan kualitas tanah seperti sifat biologi, sifat fisik dan sifat kimia. Tanah bagian paling atas sering disebut top soil, selanjutnya ada lapisan-lapisan dibawahnya sehingga terbentuk profil tanah.

Dengan demikian tanah berdasarkan sudut pandang teknik kerekayasaan (bagi seorang teknik) tanah berfungsi sebagai penopang pondasi bangunan, oleh karena itu dibutuhkan pemahaman terhadap sifat-sifat dasar dari tanah. Berdasarkan luasnya pengertian tanah, maka sudah sewajarnya ilmu tanah merupakan ilmu pengetahuan alam yang berdiri sendiri.
Tanah, sebagaimana diperbincangkan dalam Ilmu Tanah (Soil Science), terkandung bahan-bahan jasad hidup (organik) dan bahan-bahan bukan dari jasad hidup (anorganik) yang lazimnya disebut pelikan (mineral).  Dimana bahan-bahan anorganik dapat mendukung jasad hidup.  Jasad hidup dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya apabila dalam tanah itu tersedia unsur hara, air, dan udara yang cukup. Pengertian tentang tanah dapat ditinjau dari berbagai segi tergantung dari latar belakang para ahli (Jamulya dan Suratman, 1983: 1-2),
                                                                    
Berikut beberapa definisi tentang tanah antara lain sebagai berikut: 

1.     JJ. Berselius (1803), seorang ahli kimia mendefinisikan tanah sebagai laboratorium kimia di alam dalam dimana berbagai proses dekomposisi dan reaksi kimia berlangsung secara tenang. 
2.     A.D. Thaer (1906) menyatakan bahwa permukaan planet kita ini terdiri dari bahan-bahan yang  remah dan lepas yang dinamakan tanah. Tanah ini merupakan akumulasi dari berbagai unsur  (Si, Al, Ca, Mg, Fe, dan lain sebagainya). 
3.     Fedrich Fallon (1855) seorang ahli geologi, mendefinisikan tanah adalah lapisan bumi teratas yang terbentuk dari batuan-batuan yang telah lapuk.
4.     Thornburry (1957) seorang geomorfologis, memandang tanah adalah sebagai bagian dari permukaan bumi yang ditandai oleh lapisan yang sejajar dengan permukaan, sebagai hasil  modifikasi oleh proses-proses fisis, kimiawi, maupun biologis yang bekerja di bawah kondisi
yang bermacam-macam dan bekerja dalam periode tertentu. 
5.     V.V. Dokuchaev (1879), semula ahli geologi bangsa Rusia yang kemudian memprakarsai ilmu  tentang tanah yang pertama kali dinamakan “pedologi” sebagai ilmu pengetahuan alam yang  berdiri sendiri. 
Dikatakan bahwa tanah adalah bentukan-bentukan mineral dan organik di 
Dari sudut padang Dokuchaev oleh Zakharov dianggap sebagai aksioma tanah yang  pertama, yaitu tanah adalah suatu tubuh alam historis yang bebas dan terpisah. Faktor-faktor  pembentuk tanah pada setiap zone iklim di daerah geografi menentukan jenis tanah yang susunan genetisnya dinyatakan oleh penampangnya yang dinamakan profil. 

1.     F. Marbut dari Amerika Serikat (1927), mengembangkan teori Dekuchaev, yang mendefinisikan  tanah merupakan lapisan paling luar kulit bumi yang biasanya bersifat tak padu, gembur, mempunyai sifat tertentu yang berbeda dengan bahan di bawahnya dalam hal warna, struktur, 
sifat-sifat fisik, susunan kima, proses kimia, sifat bilogi dan morfologi. 
2.     Menurut ahli pertanian, tanah adalah lapisan paling atas dari permukaan bumi yang terdiri dari  bahan padat, air, udara, dan jasad-jasad hidup yang bersama-sama merupakan medium bagi pertumbuhan tanaman. 
Berdasarkan pada berbagai definisi dari para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tanah adalah merupakan akumulasi tubuh alam yang bebas yang menduduki sebagian besar permukaan bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan memilki sifat-sifat tertentu sebagai akibat dari pengaruh iklim dan jasad-jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relatif tertentu selama jangka waktu tertentu pula.






B.PENGERTIAN LAHAN
Istilah lahan digunakan berkenaan dengan permukaan bumi beserta segenap karakteristik-karakteristik yang ada padanya dan penting bagi perikehidupan manusia (Christian dan Stewart, 1968).
Secara lebih rinci, istilah lahan atau land dapat didefinisikan sebagaisuatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di atas dan di bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan, serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang; yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan di masa mendatang (Brinkman dan Smyth, 1973; dan FAO, 1976).

Lahan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang tersusun atas (i) komponen struktural yang sering disebut karakteristik lahan, dan (ii) komponen fungsional yang  sering disebut kualitas lahan.  Kualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan  sekelompok  unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan kesesuaian lahan (FAO, 1976).

Lahan sebagai suatu "sistem" mempunyai komponen- komponen yang terorganisir secara spesifik dan perilakunya menuju kepada sasaran-sasaran tertentu.  Komponen-komponen lahan ini dapat dipandang sebagai sumber daya dalam hubung- annya dengan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.  
 
Sys (1985) mengemukakan enam kelompok besar sumberdaya lahan yang paling penting bagi pertanian, yaitu (i) iklim, (ii) relief dan formasi geologis, (iii) tanah, (iv) air, (v) vegetasi, dan (vi) anasir  artifisial (buatan).  Dalam konteks pendekatan sistem untuk memecahkan  permasalahan-permasalahan lahan, setiap komponen lahan atau sumberdaya lahan tersebut di atas dapat dipandang sebagai suatu subsistem tersendiri yang merupakan bagian dari sistem lahan.  Selanjutnya setiap subsistem ini tersusun atas banyak bagian-bagiannya atau karakteristik- karakteristiknya yang bersifat dinamis (Soemarno, 1990).

Dari beberapa pengertian tentang lahan maka dapat disimpulkan bahwa Lahan merupakan lingkungan fisik yang meliputi iklim, relief, tanah, hidrologi, dan vegetasi. Faktor-faktor ini hingga batas tertentu mempengaruhi potensi dan kemampuan lahan untuk mendukung suatu tipe penggunaan tertentu.
Tipe penggunaan lahan ("major kind of land use") adalah golon­gan utama dari penggunaan lahan pedesaan, seperti lahan pertanian tadah hujan, lahan pertanian irigasi, lahan hutan, atau lahan untuk rekreasi.  Tipe pemanfaatan lahan ("land utilization type, LUT") adalah suatu macam penggunaan lahan yang didefinisikan secara lebih rinci dan detail dibandingkan dengan tipe penggunaan lahan. Suatu  LUT terdiri atas seperangkat spesifikasi teknis dalam konteks tatanan fisik, ekonomi dan sosial yang tertentu.  



Beberapa atribut utama dari LUT a.l. adalah:

1.     Produk, termasuk barang (tanaman, ternak, kayu), jasa (misal­nya. fasilitas rekreasi),  atau benefit lain (misalnya cagar alam, suaka alam).
2.     Orientasi pasar, subsisten atau komersial.
3.     Intensitas penggunaan kapital     .
4.     Intensitas penggunaan tenagakerja.
5.      tenaga (manusia, ternak, mesin dengan menggu nakan bahan bakar tertentu).
6.     Pengetahuan teknis dan perilaku pengguna lahan
7.     Teknologi yang digunakan (peralatan dan mesin, pupuk,  ternak, metode penebangan, dll).
8.     Infrastruktur penunjang.
9.     Penguasaan dan pemilikan lahan.
10.           Tingkat pendapatan.
 

Pengertian lahan (land) adalah permukaan daratan dengan kekayaan benda-benda padat, cair, dan bahkan benda gas (Suryatna, 1985: 9).
Kemudian (Karmono, 1985 dalam Haryoko, 1996: 13) memberikan pengertian lahan adalah suatu daerah di permukaan bumi dengan sifat-sifat tertentu yaitu adanya persamaan dalam hal geologi, geomorfologi, atmosfir, tanah, hidrologi dan penggunaan lahan, sifat-sifat tersebut adalah berupa iklim, batuan dan struktur, bentuk lahan dan proses, jenis tanah, tata air, dan vegetasi/ tumbuhannya.

Jadi dalam pengertian lahan terbayang dalam pikiran kita tentang apa yang terkandung di dalamnya dan bagaimana keadaan tanahnya. Dengan demikian lahan adalah ruang di permukaan bumi dapat sebagai sumberdaya yang dapat dieksploitasi, dimana dalam pemanfaatannya hendaknya dilakukan secara benar dengan mempertimbangkan kelestariannya.










C.GEOGRFI TANAH
Geografi tanah mempelajari sebaran jenis tanah di muka daratan dan faktor yang menentukan sebaran teresbut. Secara sederhana dapat dinyatakan sebagai ilmu tanah yang dikaji dari sudut pandang geografi.

Kata geografi dalam geografi tanah merupakan konteks sistem atau metode telaah, bukan konotasi ilmu (Notohadiprawiro, 1994).
Geografi tanah merupakan cabang ilmu geografi yang mengkaji persebaran satuan-satuan tanah di permukaan bumi, sifat, dan karakteristik satuan-satuan tanah yang menyelimuti permukaan bumi, dan pemanfaatan tanah untuk kehidupan (Sartohadi dkk., 2012).

Sebaran tanah yang membentuk hamparan di muka daratan disebut pedosfer. Setiap wilayah memiliki mosaik tanah tersendiri karena keragaman faktor penentunya. Hamparan tanah di muka daratan mencitrakan bentangtanah yang menjadi salah satu elemen bentanglahan. Mosaik tanah sebagai fakta kewilayahan dapat diungkap lewat peta tanah. Peta tanah memuat informasi mengenai nama-nama satuan tanah melalui sistem klasifikasi tertentu secara konsisten mulai dari skala global hingga detail.


Untuk mengetahui sebaran tanah di muka bumi perlu dipahami terlebih dulu definisi tanah dan faktor pembentuk tanah. Tanah adalah tubuh alam (natural body)  yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam (natural forces) berupa kombinasi dari iklim dan jasad hidup terhadap bahan-bahan alam (natural material) yang terletak dan dikendalikan relief di permukaan bumi dalam rentang waktu tertentu (Notohadiprawiro & Supranowo, 1978; Sartohadi dkk,2012).

Tanah terbentuk oleh kerja beberapa faktor alam yaitu iklim, jasad hidup meliputi vegetasi organime manusia, relief (topografi), bahan induk, dan waktu. Faktor-faktor pembentuk tanah dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor-faktor pasif, meliputi sumber massa pembentuk tanah dan kondisi-kondisi yang mempengaruhinya, terdiri dari bahan induk, relief dan waktu. Berikutnya faktor-faktor aktif, yang meliputi media yang menyediakan energi yang bekerja diatas massa untuk menyelenggarakan proses-proses pembentukan tanah yang terdiri dari iklim dan jasad hidup.

Setiap wilayah di muka bumi akan memiliki karakteristik masing-masing faktor pembentuk tanah tersebut secara bervariasi. Variasi ini diidentifikasi  lewat survei tanah dengan pendekatan geografi yang menekankan pada kajaian fisiografi atau bentuklahan. Bentuklahan merupakan kenampakan permukaan bumi yang terjadi akibat genesis tertentu, sehingga menimbulkan bentuk khas yang dicirikan oleh sifat fisik material akibat proses alami yang dominan, dan dalam perkembangannya dapat dikaitkan dengan struktur tertentu (Sunarto, 2004).

Salah satu maksud pendekatan ini adalah untuk penentuan lokasi guna mengkaji tanah secara spesifik. Perbedaan lokasi fisiografi atau bentuklahan akan menghasilkan karakteristik tanah yang berbeda. Kajian spesifik tanah merupakan kegiatan pemerian (deskripsi) tanah yang didasarkan pada profil lapukan atau dikenal sebagai profil tanah. Deskripsi profil tanah merupakan dasar untuk klasifikasi tanah dan pekerjaan terapan pemanfaatan tanah lainnya. Hal yang dikaji di setiap lapisan horison tanah adalah sifat fisik, kimia, dan biologi agregat tanah.  Dapat dinyatakan bahwa geografi tanah mengkaji sebaran tanah secara horisontal berdasarkan pada bentanglahan, dengan menggunakan dasar kerja ilmu tanah yang mengkaji tanah secara vertikal berdasarkan sifat material tanah. Karakteristik tanah secara horisontal dapat tersebar bersesuaian dengan bentuklahan atau fisiografinya. Konsep banjar topografi ini merupakan salah satu aspek yang sering dikaji dalam geografi tanah untuk dapat memahami sebaran atau distribusi tanah di permukaan bumi.

Pengertian dan definisi Geografi Tanah menurut Tejoyuwono (1994:1) adalah mempelajari agihan jenis tanah di muka daratan dan faktor-faktor yang menentukan agihan tersebut. Selanjutnya di jelaskan pula bahwa agihan jenis tanah membentuk suatu bentangan atau mosaik tanah yang disebut dengan pedosfer.
Tiap-tiap wilayah memiliki mosaik tanah sendiri-sendiri karena perbedaan fakto-kator penentunya. Suatu mosaik tanah mencitrakan bentang tanah (soilscape) yang menjadi salah satu ciri fisik wilayah. Maka bentang tanah menjadi anasir bentang lahan (landscape). Pemilihan jenis tanah yang membentuk mosaik tanah dikerjakan dengan klasifikasi tanah. Mosaik tanah sebagai fakta kewilayahan diungkapkan dalam kartografi tanah.


Kata “geografi” dalam istilah geografi tanah digunakan untuk memberikan konteks pada sistem atau metode telaah, tidak dikonotasikan sebagai ilmu Jadi geografi tanah ialah ilmu tanah yang menelaah tanah menurut sudut pandang geografi. Geografi sebagai konteks mengimplikasikan bahwa  pembicaraan mata telaah (subject matter) menempatkan segala gejala yang tersidik dalam matra ruang atau space dimension. Bentang tanah sebagai suatu ciri fisik wilayah mengimplikasikan potensinya sebagai sumberdaya wilayah yang bersangkutan. Potensi sumberdaya selanjutnya menyediakan kriterium tataguna tanah (Tejoyuwono, 1994: 1). 
Pendapat lain yang mengemukakan definisis geografi tanah adalah ilmu yang mempelajari tentang  tanah, meliputi sifat-sifat fisik, genesis, penyebaran, dan aplikasinya terhadap kehidupan manusia  (Jamulya dan Suratman, 1983: 3).


Lebih lanjut dikemukakan bahwa geografi tanah dipelajari lewat pemahaman unsur-unsurnya, yang meliputi: 

      Inventarisasi tanah; sistem informasi tanah.
a.      Tanah sebagai gejala bentang lahan; bentangtanah; pedosfer 
b.     Pelapukan; pembentukan tanah 
c.      Ragam dan harkat tanah dalam konsep rangkaian kausal faktor, proses dan reaksi, sifat, dan fungsi. 
d.     Klasifikasi tanah; kartografi tanah 
e.      Agihan regional tanah; sumberdaya tanah 



D. HORIZON TANAH



Lapisan tanah adalah formasi yang dibentuk oleh berbagai lapisan dalam tanah yang secara spesifik dapat dibedakan secara geologi, kimia, dan biologi, termasuk proses pembentukannya. Ketika usia tanah meningkat, lapisan tanah umumnya lebih mudah untuk diamati.









Pengidentifikasian dan pendeskripsian lapisan yang ada adalah langkah pertama dalam mengklasifikasikan tanah dalam level yang lebih tinggi, menggunakan berbagai sistem seperti USDA soil taxonomy atau Australian Soil Clasification. Badan dunia World Reference Base for Soil Resources memberikan daftar 40 ciri lapisan tanah: Albic, Andic, Anthraquic, Anthropedogenic, Argic, Calcic, Cambic, Chernic, Cryic, Duric, Ferralic, Ferric, Folic, Fragic, Fluvic, Gypsic, Histic, Hydragric, Hortic, Irragric, Melanic, Mollic, Natric, Nitic, Ochric, Petrocalcic, Petroduric, Petrogypsic, Petroplinthic, Plaggic, Plinthic, Salic, Spodic, Sulfuric, Takyric, Terric, Umbric, Vertic, Vitric, Yermic. Endapan baru dari tanah seperti alluvium, pasir, dan abu vulkanik mungkin tidak memiliki sejarah pembentukan lapisan dan hanya suatu lapisan endapan yang dapat dibedakan dari tanah yang ditutupinya.
Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda dan 1.000–10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa. Dengan melihat perbedaan sifat faktor-faktor pembentuk tanah tersebut, pada suatu tempat tentunya akan menghasilkan ciri dan jenis tanah yang berbeda-beda pula. Sifat dan jenis tanah sangat tergantung pada sifat-sifat faktor pembentukan tanah. Kepulauan Indonesia mempunyai berbagai tipe kondisi alam yang menyebabkan adanya perbedaan sifat dan jenis tanah di berbagai wilayah, akibatnya tingkat kesuburan tanah di Indonesia juga berbeda-beda.

Setiap tanah biasanya memiliki tiga atau empat lapisan yang berbeda. Lapisan dibedakan umumnya pada keadaan fisik yang terlihat, warna dan tekstur adalah yang utama.  Hal ini membawa pengklasifikasian lebih lanjut dalam hal tekstur tanah yang dipengaruhi ukuran partikel, seperti apakah tanah itu lebih berpasir atau lebih liat dari pada lapisan tanah di atas dan di bawahnya. 

Sebagian besar jenis tanah mengacu pada pola utama lapisan tanah yang kadang-kadang disebut dengan lapisan tanah yang ideal. Setiap lapisan ditandai dengan huruf, dengan urutannya sebagai berikut: O-A-B-C-R.


Lapisan O                


Huruf O menujukkan kata "organik". lapisan ini disebut juga dengan humus. Lapisan ini didominasi oleh keberadaan material organik dalam jumlah besar yang berasal dari berbagai tingkat dekomposisi. Lapisan O ini tidak sama dengan lapisan dedaunan yang berada di atas tanah, yang sesungguhnya bukan bagian dari tanah itu sendiri.
Lapisan A                    
Lapisan A adalah lapisan atas dari tanah, sehingga diberi huruf A. Kondisi teknis dari lapisan A mungkin bervariasi, namun seringkali dijelaskan sebagai lapisan tanah yang relatif lebih dalam dari lapisan O. Lapisan ini memiliki warna yang lebih gelap dari pada lapisan yang berada di bawahnya dan mengandung banyak material organik. Dan mungkin lapisan ini lebih ringan dan mengandung lebih sedikit tanah liat. Lapisan A dikenal sebagai lapisan yang memiliki banyak aktivitas biologi. Organisme tanah seperti cacing tanah, arthropoda, nematoda, jamur, dan berbagai spesies bakteri dan bakteri archaea terkonsentrasi di sini, dan seringkali berhubungan dengan akar tanaman.
Lapisan B
Lapisan B umunya disebut lapisan tanah bawah, dan mengandung lapisan mineral yang mirip dengan lapisan mineral tanah liat seperti besi atau aluminium, atau material organik yang sampai ke lapisan tersebut oleh suatu proses kebocoran. Akar tanaman menembus lapisan tanah ini, namun lapisan ini sangat miskin material organik. Lapisan ini umumnya berwarna kecoklatan, atau kemerahan akibat tanah liat dan besi oksida yang terbilas dari lapisan A.
Lapisan C
Lapisan C dinamakan karena berada di bawah A dan B. lapisan ini sedikit dipengaruhi oleh keberadaan proses pembentukan tanah dari bawah. Lapisan C ini mungkin mengandung bebatuan yang belum mengalami proses pelapukan. Lapisan C juga mengandung material induk.

Lapisan R
Lapisan R didefinisikan sebagai lapisan yang mengalami sebagian pelapukan  bebatuan menjadi tanah. Berbeda dengan lapisan di atasnya, lapisan ini sangat padat dan keras dan tidak bisa digali dengan tangan.




D. PROSES & FAKTOR PEMBENTUKAN TANAH
a.   Proses Pembentukan Tanah 
Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan, baik pelapukan fisik maupun pelapukan kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan akan menjadi lunak dan berubah komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai tanah, tetapi sebagai bahan tanah (regolith) karena masih menunjukkan struktur batuan induk. Proses pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah berubah menjadi tanah. Nah, proses pelapukan ini menjadi awal terbentuknya tanah.
b.   Pembentukan tanah di bagi menjadi empat tahap
1.     Batuan yang tersingkap ke permukaan bumi akan berinteraksi secara langsung dengan atmsosfer dan hidrosfer. Pada tahap ini lingkungan memberi pengaruh terhadap kondisi fisik. Berinteraksinya batuan dengan atmosfer dan hidrosfer memicu terjadinya pelapukan kimiawi.
2.     Setelah mengalami pelapukan, bagian batuan yang lapuk akan menjadi lunak. Lalu air masuk ke dalam batuan sehingga terjadi pelapukan lebih mendalam. Pada tahap ini di lapisan permukaan batuan telah ditumbuhi calon makhluk hidup.
3.     Pada tahap ke tiga ini batuan mulai ditumbuhi tumbuhan perintis. Akar tumbuhan tersebut membentuk rekahan di lapisan batuan yang ditumbuhinya. Di sini terjadilah pelapukan biologis.
4.     Di tahap yang terakhir tanah menjadi subur dan ditumbuhi tanaman yang ralatif besar.


Ada beebrapa faktor yang mendorong pelapukan juga berperan dalam pembentukan tanah. Faktor apa sajakah itu?
Curah hujan dan sinar matahari berperan penting dalam proses pelapukan fisik, kedua faktor tersebut merupakan komponen iklim. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor pembentuk tanah adalah iklim. Hanya kedua faktor itukah yang memengaruhi pembentukan tanah? Ada beberapa faktor lain yang memengaruhi proses pembentukan tanah, yaitu organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktor-faktor tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.


T = f (i, o, b, t, w)
Keterangan:
          T = tanah   
f = faktor
i = iklim

o = organisme
b = bahan induk
t = topografi
w = waktu

A.  Iklim
Unsur-unsur iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah terutama unsur suhu dan curah hujan.
Ø Suhu/Temperatur
Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila fluktuasi suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah juga cepat.
Ø Curah Hujan
Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).
 
 
B.   Organisme (Vegetasi, Jasad Renik/Mikroorganisme)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:
Ø Membantu proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur yang larut oleh air.
Ø Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
Ø Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organik yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.
Ø Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis tanaman cemara akan memberi unsur-unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara, derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.

C.  Bahan Induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.
Tanah yang terdapat di permukaan Bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan induk terkadang masih terlihat pada tanah baru, misalnya tanah bertekstur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. Susunan kimia dan mineral bahan induk akan memengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi di atasnya. Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula, akibatnya pencucian asam silikat dapat dihindari dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih merah.

D.  Topografi/Relief
          Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi:
Ø Tebal atau Tipisnya Lapisan Tanah
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit, lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi.
Ø Sistem Drainase/Pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam.


E.   Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus-menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus-menerus. Oleh karena itu, tanah akan menjadi semakin tua. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan, sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
Tanah muda ditandai oleh masih tampaknya pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampaknya struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol, dan litosol. Tanah dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horizon B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, dan grumusol. Tanah tua proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada perlapisan tanah. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).



Daftar Bacaan

Haryoko. Andianto.1999. Aplikasi PJ dan SIG dalam Evaluasi Lahan Untuk         Permukiman,Tesis, Yogyakarta: Program Pascasarjana UGM 


                                                                                    
Jamulya.1989. Geogarafi Tanah, Konsep dan Terapannya, Makalah Pidato            Pengukuhan Jabatan  Lektor Kepala Madya Dalam Geografi Tanah.         Yogyakarta: Fakkultas Geografi UGM. 
                                                                          
Jamulya dan Suratman.1983.Geografi Tanah.Yogyakarta: Fakultas Geografi       Universitas Gadjah Mada.

Sartohadi, Junun, Jamulya & Indah N.2012. Pengantar Geografi Tanah.Pustaka              Pelajar : Yogyakarta 

Suryatna Rafi’i.1985. Ilmu Tanah. Bandung: Penerbit Angkasa. 
                          
Tejoyuwono Natohadiprawiro.1994. Geografi Tanah. Diktat, Yogyakarta:            Program Pascasarjana UGM
McDonald, R. C. et al. 1990. Australian Soil and Land Survey Field Handbook,     2nd Ed. Melbourne: Inkata Press.